Minggu, 15 Desember 2013

"Social Entrepreneurship Highlight"


Panji Aziz Pratama

Bergerak dari kepedulian, bermodalkan sebuah kreatifitas dan berasaskan inovasi adalah satu dari banyak hal yang mengartikan “Kewirausahaan Sosial”

Indonesia merupakan Negara besar yang memiliki kompleksitas permasalahan didalamnya. Bangsa ini memerlukan para wirausaha sosial untuk menjadi Agent of Change dalam membangun sinergitas bersama menangani masalah yang ada. 

Bagaimanakah tindakan kita ? 
Akankah hanya berdiam diri dan menggerutu dengan segudang permasalahan yang ada? Ataukah kita bangkit dan bergerak untuk bersama membuat kreatifitas dan inovasi dalam rangka penuntasan masalah tersebut ?

Era dimana warga negara dapat ikut berperan aktif membangun dan memajukan bangsanya merupakan satu hal yang harus kita sadari, bahwasanya saat ini Negara sedang membutuhkan kita untuk ikut bersama membangun bangsa. Tidak ada salahnya bukan membangun bangsa dengan cara berwirausaha?

Minimal dengan mencoba berwirausaha, kita akan belajar untuk :
1.  Selalu berusaha menumpahkan dan menuangkan kreativitas, untuk menciptakan produk baru atau gaya promosi baru.
2.     Selalu berusaha untuk mencapai target keuntungan dan menghindari kerugian.
3.     Selalu berusaha untuk mencari jaringan ataupun teman-teman baru untuk memperluas pasar.
4.   Selalu berusaha untuk menjelajahi beragam ilmu baru tentang kewirausahaan, sehingga pikiranselalu penuh terisi dengan ilmu baru.
(Dalam blog innovation thinking-Young Entrepeneur)

“Yang muda yang berwirausaha”. Kata ini tepat untuk para sosok pemuda generasi penerus bangsa yang mencoba membangun usahanya melalui wirausaha. Mereka bergerak, bangkit dan bertindak. Belajar dan berusaha adalah modal utama dalam melakukan sebuah kewirausahaan sosial. Kreatifitas dan inovasi tentunya menjadi bumbu dalam kewirausahaan sosial yang dibangun tersebut.

Holt (1992 dalam B.P. Dwi Riyanti 2003; 44) menyatakan bahwa kreativitas adalah pembenihan yang memberikan gagasan entrepreneurship, sedangkan inovasi adalah proses dari entrepreneurship.

Pembenihan dan proses dari entrepeneurship merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Cerdas melihat peluang dan berani mengambil keputusan menjadi salah satu faktor utama bagaimana kewirausahaan yang akan dibangun kedepannya.

Bermimpi menjadi orang yang bermanfaat untuk sesama tentu bukan hal yang salah. Ketika kebermanfaatannya sudah tumbuh menjadi besar, maka diperlukan adanya aspek individu untuk menjaga kesinambungannya, melainkan juga aspek-aspek lain. Kewirausahaan sosial, menurut Paul C Light (2008) terbangun dari empat aspek yaitu :

(1)   Kewirausahaan,
Kewirausahaan merupakan aspek pertama dari konsep kewirausahaan sosial (social entrepreneurship).  Hal ini menunjukkan bahwa kewirausahaan sosial tidak akan ada tanpa adanya kewirausahaan.

(2)   Ide/gagasan,
Drayton (2002, dalam Light 2008:110) menyatakan bahwa tidak akan ada satu wirausaha tanpa sebuah gagasan yang sangat kuat, baru dan berpotensi mengubah sistem.

(3)   Peluang/kesempatan
Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut, terkait aspek peluang/kesempatan dari kewirausahaan sosial. Light (2008:120) menyatakan bahwa peluang mungkin merupakan terminologi yang paling membingungkan dalam pembelajaran kewirausahaan sosial, karena peluang sulit untuk dilihat dan juga tidak mudah untuk dieksploitasi. Peluang, kadang hanya terbersit di kepala wirausaha sosial, yang belum tentu dipahami oleh orang lain. 

(4)   Organisasi.
Unsur selanjutnya yang membentuk kewirausahaan sosial adalah organisasi. Organisasi disini adalah wadah bagi gerakan kewirausahaan sosial dan juga merupakan pengikat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam upaya mengembangkan dan membuat kesinambungan dari praktik kewirausahaan sosial itu sendiri.
(Dikutip dari innovation-thinking.blogspot.com - Things that build social entrepreneurship)

Dengan memperhatikan aspek tersebut, kebermanfaatan menjadi seorang wirausaha sosial akan menjadi profesi yang mulia, disamping mereka bermanfaat untuk orang banyak, mereka akan mendapatkan kepuasan batin yang tidak semua orang dapatkan.

Berangkat dari hal tersebut, maka bergeraklah mereka dalam berbagai bentuk usaha , seperti penerbitan untuk  dan oleh sesama tunawisma, organisasi yang mendukung perdangangan yang adil, usaha mengaktifkan broadband internet sendiri, usaha menjadikan desa wisata, perbankan berbasis kewirausahaan sosial dan lain-lain. Usaha inilah kelak yang akan membangun bangsa ini menuju bangsa yang besar.
Mereka semua yang sudah bergerak dalam bentuk usahanya memiliki berbagai macam pola pikir yang berbeda.

Berikut pola pikir yang dimiliki oleh para wirausaha yaitu :
1.    Memiliki locus of control internal : Seorang wirausahawan harus memiliki pengendalian terhadap dirinya sendiri. Pengendalian diri sangatlah penting dalam penentuan tujuan kedepannya.
2.  Memiliki toleransi untuk ambiguitas : Memiliki toleransi terhadap sesuatu hal yang berbeda atau melanggar hal-hal yang dianggap pakem.
3.      Kesediaan untuk menggaji orang yang lebih cerdas dari dirinya : Kesadaran atas kesinergitasan akan menghasilkan sesuatu yang lebih banyak dari yang didapat (siap untuk berbagi pikiran dan wawasan serta mengisi kekosongan-kekosongan yang ada pada individu tersebut)
4.      Konsisten untuk selalu berkreatifitas, membangun, dan mengubah berbagai hal : Kreatifitas artinya menemukan hal-hal yang luar biasa dibalik hal-hal biasa (Bill Moyers, dalam Joyce Wycoff, 2003; 43)
5.  Dorongan yang kuat untuk peluang dan kesempatan : Mampu melihat peluang dan berani untuk menangkapnya.
6.      Rasa ugenitas yang tinggi : Bentuk urgenitas yang tinggi akan memaksa kita untuk berinovasi.
7.      Perseverance : Usaha menciptakan ide baru kemudia berusaha mematangkan dan mewujudkannya.
8.      Resilience : Kesadaran bahwa hidup adalah perjuangan dan perjuangan selalu memerlukan kekuatan untuk bangkit setelah jatuh dan terjerembab oleh kerasnya kehidupan.
9.     Optimis : Bentuk keyakinan bahwa tujuan akan tercapai dan target akan terpenuhi dengan kekuatan yang ada.
10.  Rasa humor tentang diri sendiri : Kemampuan mentertawakan diri sendiri adalah salah satu bentuk kapabilitas untuk mengkoreksi dan bahkan mengkritik diri sendiri.
(Dalam buku Kewirausahaan Suatu Pengantar – Hery Wibowo )

Lalu, pernahkah anda mendengar atau membaca kata-kata ini ?? “Jika kamu ingin sukses, Belajarlahr dari orang sukses” .Hal ini mungkin tidak asing lagi untuk didengar. Dalam blog innovation thinking, Hery Wibowo mengajak kita untuk belajar dari orang sukses. Dahlan Iskan, sosok fenomenal ini tentu tidak asing lagi. Seorang menteri BUMN Republik Indonesia yang menjejakan dirinya sampai saat ini karena wirausahanya akan mengajarkan pada kita tentang bagaimana cara berwirausaha. Hal ini disampaikan pada generasi muda yang berada di ruangan tempat Fakultas Teknik Industri Pertanian Unpad mengadakan acara Agro-Technopreneurship.

Dahlan Iskan menyampaikan bahwa dalam berwirausaha perhatikan hal-hal ini :

1.      Tidak mudah menyerah.
Ya, inilah tips yang pertama, yaitu jangan mudah putus asa, jangan mudah berhenti dan selesaikanlah apa yang telah dimulai

2.      Selalu belajar ke guru dan lokasi terbaik. 
Sebagai contoh, Bapak Dahlan Iskan selalu percaya bahwa Tiongkok adalah pusat bisnis dan pusat kewirausahaan dunia. Oleh karena itu, beliau selalu tidak ragu-ragu untuk selalu berkunjungan untuk observasi dan belajar dari sana. Belajar dari yang terbaik, atau dari lokasi terbaik, akan memberikan pengalaman dan pembelajaran terbaik pula.

3.      Siap untuk resiko terburuk. 
Dalam kelakarnya beliau berkata, “jadi wirausaha, harus siap ditipu”. Artinya, kita harus siap untuk resiko terburuk. Bukan untuk disesali, namun untuk dijadikan pelajaran agar tidak terulang kembali di kemudian  hari.

4.      Berpikir Holistik. 
Sebagai contoh, “kenapa tidak banyak petani Indoensia yang menanam kedelai?”. Disaat jawaban pada umumny adalah karena pengaruh impor asing, dll.  Jawaban holistiknya adalah karena penghasilan per hektar kedelai dibanding komoditi lain, kalah jauh. Artinya, para petani jauh lebih untuk menanam komoditi lain dibanding kedelai. Inilah contoh pola pikir holistik, yaitu kita mampu memandang sebuah situasi dengan kacamata yang jelas dan lengkap, serta tidak mudah menyalahkan keadaan. Pandangan dan analisa yang holistik, akan memampukan kita untuk mengambil keputusan yang terbaik dan bermanfaat bagi semua pihak.
(Dikutip dari innovation-thinking.blogspot.com – Belajar dari yang terbaik


Jadi, masihkah kita hanya berdiam diri melihat kompleksitas permasalahan bangsa ini ? ataukah kita akan bergerak , bangkit dan bertindak untuk bersama membangun bangsa ini ?
Jawaban ada ditangan anda, Jika bukan saat ini, kapan lagi, jika bukan kita, siapa lagi .



Sumber Tulisan:
Hery Wibowo. 2011. Kewirausahaan Suatu Pengantar. Widya Padjajaran: Bandung

Hery Wibowo. New Hope Social Entrepreneurship.


Hery Wibowo . Young Entrepeneur. 


Hery Wibowo . Belajar dari yang Terbaik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar