Minggu, 15 Desember 2013

"Social Entrepreneurship Highlight"


Panji Aziz Pratama

Bergerak dari kepedulian, bermodalkan sebuah kreatifitas dan berasaskan inovasi adalah satu dari banyak hal yang mengartikan “Kewirausahaan Sosial”

Indonesia merupakan Negara besar yang memiliki kompleksitas permasalahan didalamnya. Bangsa ini memerlukan para wirausaha sosial untuk menjadi Agent of Change dalam membangun sinergitas bersama menangani masalah yang ada. 

Bagaimanakah tindakan kita ? 
Akankah hanya berdiam diri dan menggerutu dengan segudang permasalahan yang ada? Ataukah kita bangkit dan bergerak untuk bersama membuat kreatifitas dan inovasi dalam rangka penuntasan masalah tersebut ?

Era dimana warga negara dapat ikut berperan aktif membangun dan memajukan bangsanya merupakan satu hal yang harus kita sadari, bahwasanya saat ini Negara sedang membutuhkan kita untuk ikut bersama membangun bangsa. Tidak ada salahnya bukan membangun bangsa dengan cara berwirausaha?

Minimal dengan mencoba berwirausaha, kita akan belajar untuk :
1.  Selalu berusaha menumpahkan dan menuangkan kreativitas, untuk menciptakan produk baru atau gaya promosi baru.
2.     Selalu berusaha untuk mencapai target keuntungan dan menghindari kerugian.
3.     Selalu berusaha untuk mencari jaringan ataupun teman-teman baru untuk memperluas pasar.
4.   Selalu berusaha untuk menjelajahi beragam ilmu baru tentang kewirausahaan, sehingga pikiranselalu penuh terisi dengan ilmu baru.
(Dalam blog innovation thinking-Young Entrepeneur)

“Yang muda yang berwirausaha”. Kata ini tepat untuk para sosok pemuda generasi penerus bangsa yang mencoba membangun usahanya melalui wirausaha. Mereka bergerak, bangkit dan bertindak. Belajar dan berusaha adalah modal utama dalam melakukan sebuah kewirausahaan sosial. Kreatifitas dan inovasi tentunya menjadi bumbu dalam kewirausahaan sosial yang dibangun tersebut.

Holt (1992 dalam B.P. Dwi Riyanti 2003; 44) menyatakan bahwa kreativitas adalah pembenihan yang memberikan gagasan entrepreneurship, sedangkan inovasi adalah proses dari entrepreneurship.

Pembenihan dan proses dari entrepeneurship merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Cerdas melihat peluang dan berani mengambil keputusan menjadi salah satu faktor utama bagaimana kewirausahaan yang akan dibangun kedepannya.

Bermimpi menjadi orang yang bermanfaat untuk sesama tentu bukan hal yang salah. Ketika kebermanfaatannya sudah tumbuh menjadi besar, maka diperlukan adanya aspek individu untuk menjaga kesinambungannya, melainkan juga aspek-aspek lain. Kewirausahaan sosial, menurut Paul C Light (2008) terbangun dari empat aspek yaitu :

(1)   Kewirausahaan,
Kewirausahaan merupakan aspek pertama dari konsep kewirausahaan sosial (social entrepreneurship).  Hal ini menunjukkan bahwa kewirausahaan sosial tidak akan ada tanpa adanya kewirausahaan.

(2)   Ide/gagasan,
Drayton (2002, dalam Light 2008:110) menyatakan bahwa tidak akan ada satu wirausaha tanpa sebuah gagasan yang sangat kuat, baru dan berpotensi mengubah sistem.

(3)   Peluang/kesempatan
Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut, terkait aspek peluang/kesempatan dari kewirausahaan sosial. Light (2008:120) menyatakan bahwa peluang mungkin merupakan terminologi yang paling membingungkan dalam pembelajaran kewirausahaan sosial, karena peluang sulit untuk dilihat dan juga tidak mudah untuk dieksploitasi. Peluang, kadang hanya terbersit di kepala wirausaha sosial, yang belum tentu dipahami oleh orang lain. 

(4)   Organisasi.
Unsur selanjutnya yang membentuk kewirausahaan sosial adalah organisasi. Organisasi disini adalah wadah bagi gerakan kewirausahaan sosial dan juga merupakan pengikat bagi pihak-pihak yang terlibat dalam upaya mengembangkan dan membuat kesinambungan dari praktik kewirausahaan sosial itu sendiri.
(Dikutip dari innovation-thinking.blogspot.com - Things that build social entrepreneurship)

Dengan memperhatikan aspek tersebut, kebermanfaatan menjadi seorang wirausaha sosial akan menjadi profesi yang mulia, disamping mereka bermanfaat untuk orang banyak, mereka akan mendapatkan kepuasan batin yang tidak semua orang dapatkan.

Berangkat dari hal tersebut, maka bergeraklah mereka dalam berbagai bentuk usaha , seperti penerbitan untuk  dan oleh sesama tunawisma, organisasi yang mendukung perdangangan yang adil, usaha mengaktifkan broadband internet sendiri, usaha menjadikan desa wisata, perbankan berbasis kewirausahaan sosial dan lain-lain. Usaha inilah kelak yang akan membangun bangsa ini menuju bangsa yang besar.
Mereka semua yang sudah bergerak dalam bentuk usahanya memiliki berbagai macam pola pikir yang berbeda.

Berikut pola pikir yang dimiliki oleh para wirausaha yaitu :
1.    Memiliki locus of control internal : Seorang wirausahawan harus memiliki pengendalian terhadap dirinya sendiri. Pengendalian diri sangatlah penting dalam penentuan tujuan kedepannya.
2.  Memiliki toleransi untuk ambiguitas : Memiliki toleransi terhadap sesuatu hal yang berbeda atau melanggar hal-hal yang dianggap pakem.
3.      Kesediaan untuk menggaji orang yang lebih cerdas dari dirinya : Kesadaran atas kesinergitasan akan menghasilkan sesuatu yang lebih banyak dari yang didapat (siap untuk berbagi pikiran dan wawasan serta mengisi kekosongan-kekosongan yang ada pada individu tersebut)
4.      Konsisten untuk selalu berkreatifitas, membangun, dan mengubah berbagai hal : Kreatifitas artinya menemukan hal-hal yang luar biasa dibalik hal-hal biasa (Bill Moyers, dalam Joyce Wycoff, 2003; 43)
5.  Dorongan yang kuat untuk peluang dan kesempatan : Mampu melihat peluang dan berani untuk menangkapnya.
6.      Rasa ugenitas yang tinggi : Bentuk urgenitas yang tinggi akan memaksa kita untuk berinovasi.
7.      Perseverance : Usaha menciptakan ide baru kemudia berusaha mematangkan dan mewujudkannya.
8.      Resilience : Kesadaran bahwa hidup adalah perjuangan dan perjuangan selalu memerlukan kekuatan untuk bangkit setelah jatuh dan terjerembab oleh kerasnya kehidupan.
9.     Optimis : Bentuk keyakinan bahwa tujuan akan tercapai dan target akan terpenuhi dengan kekuatan yang ada.
10.  Rasa humor tentang diri sendiri : Kemampuan mentertawakan diri sendiri adalah salah satu bentuk kapabilitas untuk mengkoreksi dan bahkan mengkritik diri sendiri.
(Dalam buku Kewirausahaan Suatu Pengantar – Hery Wibowo )

Lalu, pernahkah anda mendengar atau membaca kata-kata ini ?? “Jika kamu ingin sukses, Belajarlahr dari orang sukses” .Hal ini mungkin tidak asing lagi untuk didengar. Dalam blog innovation thinking, Hery Wibowo mengajak kita untuk belajar dari orang sukses. Dahlan Iskan, sosok fenomenal ini tentu tidak asing lagi. Seorang menteri BUMN Republik Indonesia yang menjejakan dirinya sampai saat ini karena wirausahanya akan mengajarkan pada kita tentang bagaimana cara berwirausaha. Hal ini disampaikan pada generasi muda yang berada di ruangan tempat Fakultas Teknik Industri Pertanian Unpad mengadakan acara Agro-Technopreneurship.

Dahlan Iskan menyampaikan bahwa dalam berwirausaha perhatikan hal-hal ini :

1.      Tidak mudah menyerah.
Ya, inilah tips yang pertama, yaitu jangan mudah putus asa, jangan mudah berhenti dan selesaikanlah apa yang telah dimulai

2.      Selalu belajar ke guru dan lokasi terbaik. 
Sebagai contoh, Bapak Dahlan Iskan selalu percaya bahwa Tiongkok adalah pusat bisnis dan pusat kewirausahaan dunia. Oleh karena itu, beliau selalu tidak ragu-ragu untuk selalu berkunjungan untuk observasi dan belajar dari sana. Belajar dari yang terbaik, atau dari lokasi terbaik, akan memberikan pengalaman dan pembelajaran terbaik pula.

3.      Siap untuk resiko terburuk. 
Dalam kelakarnya beliau berkata, “jadi wirausaha, harus siap ditipu”. Artinya, kita harus siap untuk resiko terburuk. Bukan untuk disesali, namun untuk dijadikan pelajaran agar tidak terulang kembali di kemudian  hari.

4.      Berpikir Holistik. 
Sebagai contoh, “kenapa tidak banyak petani Indoensia yang menanam kedelai?”. Disaat jawaban pada umumny adalah karena pengaruh impor asing, dll.  Jawaban holistiknya adalah karena penghasilan per hektar kedelai dibanding komoditi lain, kalah jauh. Artinya, para petani jauh lebih untuk menanam komoditi lain dibanding kedelai. Inilah contoh pola pikir holistik, yaitu kita mampu memandang sebuah situasi dengan kacamata yang jelas dan lengkap, serta tidak mudah menyalahkan keadaan. Pandangan dan analisa yang holistik, akan memampukan kita untuk mengambil keputusan yang terbaik dan bermanfaat bagi semua pihak.
(Dikutip dari innovation-thinking.blogspot.com – Belajar dari yang terbaik


Jadi, masihkah kita hanya berdiam diri melihat kompleksitas permasalahan bangsa ini ? ataukah kita akan bergerak , bangkit dan bertindak untuk bersama membangun bangsa ini ?
Jawaban ada ditangan anda, Jika bukan saat ini, kapan lagi, jika bukan kita, siapa lagi .



Sumber Tulisan:
Hery Wibowo. 2011. Kewirausahaan Suatu Pengantar. Widya Padjajaran: Bandung

Hery Wibowo. New Hope Social Entrepreneurship.


Hery Wibowo . Young Entrepeneur. 


Hery Wibowo . Belajar dari yang Terbaik. 

Social Entrepreneurship Highlight



M. Sampurna Jaya

            Kewirausahaan sosial adalah sebuah terobosan baru yang menjalankan sebuah bisnis dimana bisnis tersebut hanya untuk kebermanfaatan sosial. Kewirausahaan sosial bisa dibilang masih sedikit orang yang mengetahui makna dalam kewirausahaan sosial tersebut. Banyak orang berfikiran bahwa kewirausahaan sosial bukanlah usaha yang bisa mendapatkan uang banyak dan cenderung merugi bagi orang yang belum pernah masuk dan terjun langsung ke dalam kewirausahaan sosial tersebut. Tetapi beberapa yang sudah pernah merasakan manfaatnya kewirausahaan sosial mungkin memiliki cerita berbeda dibanding dengan orang yang belum pernah masuk ke dunia kewirausahaan sosial tersebut.
Seperti dalam modul mata kuliah Hery wibowo dalam Kewirausahaan Sosial, ada orang yang sudah mendalami usaha di bidang kewirausahaan sosial, seperti salah satunya Grameen Bank. Bank pada biasanya sangat bergerak pada bidang ekonomi di masyarakat, seringkali menolak memberikan bantuan kredit kepada orang yang dianggapnya tidak akan bisa dan tidak akan mampu untuk mengembalikan kredit tersebut bersama bunganya kelak dikemudian hari. Tapi Grameen Bank merupakan bank yang bergerak di bidang kewirausahaan sosial, dengan berani memberikan bantuan kepada usaha kecil dan menengah (UKM) yang baru saja dibentuk dan mungkin hanya ingin meminjam dalam nominal yang kecil. Akibatnya banyak UKM-UKM yang baru saja dibentuk menjadi merasa sangat terbantu akibat adanya Grameen Bank tersebut. Dan pendiri dari Grameen Bank atas jasanya tersebut mendapatkan nobel perdamaian pada tahun 2006. Pendiri Grameen Bank itu sendiri bernama Muhammad Yunus.
Dalam menjalankan sebuah usahanya, wirausahawan sosial melakukan pandangan yang berasaskan strength based, dimana seorang wirausahawan sosial harus peka dan melihat potensi yang ada di sekeliling usahanya untuk bisa menggabungkan apa yang dibutuhkan masyarakat sekitar agar usaha kita bisa bermanfaat bagi keberlangsungan sosial yang ada di masyarakat sekitar kita mendirikan usaha.
Selain peka dengan melihat apa yang bisa menjadi keunggulan di tempat tersebut, seorang wirausahawan sosial juga dituntut untuk tidak mudah menyerah dalam hal memulai suatu kegiatan usaha yang dirintisnya. Banyak faktor yang sebenarnya dalam hal membuat suatu usaha yang bisa menggagalkan kita dalam membuat suatu usaha. Salah satunya adalah pandangan pesimistis yang diberikan oleh orang di sekitar kita. Tak jarang pula yang melakukan tersebut adalah orang yang paling dekat dengan kita atau bahkan keluarga kita. Maka dari itu, seorang wirausahawan sosial harus mempunyai tingkat keteguhan hati yang tinggi dalam memulai dan menjalankan usaha yang sedang dirintisnya. Seperti kata Hery Wibowo  dalam blognya innovation-thinking.blogspot.com menjelaskan bahwa “Tidak ada hasil indah/sempurna tanpa perjuangan. Namun demikian, bagi mereka yang tidak mudah putus asa, selalu ada jalan bagi pencapaian tujuan”.
Kalau dilihat dari apa yang telah dikatakan oleh bapak Hery Wibowo (Dosen Mata Kuliah Kewirausahaan Sosial, Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad) tersebut seorang wirausahawan sosial sudah sepantasnya lah memiliki sikap dan rasa pejuang yang tinggi di dalam dirinya. Agar usaha yang diusung dan visi misi yang dibuatnya dalam pertama kali membuat suatu kewirausahaan sosial dapat dimengerti dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar tempat usaha. Atau bahkan usahanya tersebut dapat menyerap tenaga kerja yang bisa menjadikan sumber utama lapangan pekerjaan yang ada di sekitar tempat kerjanya.
Sebenarnya antara pengusaha wirausaha biasa dengan pengusaha wirausaha sosial mempunyai sikap dan karakteristik yang sama dalam hal menjalani usahanya. Karakter wirausahawan yang baik menurut Schumpeter (dalam Hery Wibowo. 2011:17) adalah sebagai berikut :
1.      Dynamic
2.      Breaks out of equilibrium
3.      Does what is new
4.      Active, enegic
5.      Leader
6.      Put together new combination
Kalau melihat dari karakteristik seorang wirausahawan menurut Schumpeter tersebut, seorang wirausahawan yang baik adalah orang yang bisa menemukan sesuatu yang baru dan selalu berinovasi baru dalam hal mengusung suatu usahanya.
Lain Schumpeter, lain pula apa yang dicetuskan oleh Neal Thornberry. Kalau Schumpeter bisa kita ambil kesimpulan bahwa seorang wirausaha harus bisa menjadi pemimpin yang bisa mengkoordinasikan semua yang ada di  sekitarnya, baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang ada di sekitar tempat usaha tersebut. Tetapi kalau Neal Thornberry seorang wirausaha tidak semata-mata mengerjakan semuanya sendirian. Tetapi seorang wirausaha yang baik dapat memahami dan mengerti apa yang menjadi kelebihan dan kekurangannya di dalam menjalankan wirausaha yang sedang dirintisnya.
Berikut adalah wirausaha menurut Neal Thornberry Pola Pikir Wirausaha melibatkan 10 kualitas (dalam Hery Wibowo.2011:5)
1. Memiliki Locus Of Control
2. memiliki toleransi untuk ambiguitas
3. Kesedian untuk mengaji  orang yang lebih cerdas darinya
4. Konsistensi untuk selalu beraktivitas, membangun dan mengubah berbagai hal.
5. Dorongan yang kuat untuk peluang dan kesempatan
6. Rasa urgenitas yang tinggi
7. perseverance
8. Resilience (ketahanan)
9. Optimis
10. Rasa Humor tentang diri sendiri
Bisa dilihat dari karakteristik wirausahawan menurut Neil Thornberry diatas adalah mementingkan tingkat kebersamaan dan juga menjadikan seorang wirausaha itu memilih yang mana hal yang menurutnya didahulukan di dalam usaha yang dirintisnya, dan mana yang bisa dikerjakan kemudian. Dan juga karakter tersebut membuat para wirausahawan menjadi lebih sportif dalam hal kekurangan yang ada di dalam dirinya. Apabila ada yang lebih ahli dalam menjalankan suatu bidang di dalam kewirausahaan yang kita buat, maka mau tidak mau seorang wirausahawan harus mau untuk mengaji orang yang lebih ahli dan terbaik di bidang tersebut. Agar tidak terkesan memonopoli suatu usaha yang digarap.
Kesimpulannya adalah seorang wirausahawan sosial harus pandai melihat potensi yang ada di sekitarnya untuk menjadikan sebuah peluang usaha yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sosial di lingkungan sekitar usaha kita. Harapannya adalah kita dapat membuka sebuah lapangan pekerjaan yang baru sehingga bisa menampung tenaga kerja yang membutuhkan pekerjaan. Dan juga seorang wirausahawan sosial dituntut untuk memiliki sifat yang tidak menyerah dalam menjalani usahanya. Walau banyak yang menolak atau bahkan mencibir kegiatan usaha sosial kita, tapi kita harus yakini apa yang kita kerjakan dapat bermanfaat bagi keberlangsungan sosial kedepannya.

Sumber tulisan :
Hery Wibowo. 2011. Kewirausahaan Suatu Pengantar. Widya Padjajaran: Bandung
http://innovation-thinking.blogspot.com//

Social Entrepreneurship Highlight



Fitri Ismail
#Kewirausahaan adalah sebuah mindset dan method. Keduanya dapat berdiri sendiri maupun bersamaan. Mindset (pola pikir) yang kita ciptakan dalam memaknai sebuah nilai dalam pemikiran kita.  Mindset yang berada antara stimulus dan respon. Yang inilah kemudian membedakan individu dengan individu lainnya.  Pola pikir seorang wirausaha punya tujuan atau pikiran yang positif berbeda dengan orang yang tidak bermindset wirausaha.  Secara sederhana dapat dilihat dari kata-kata yang diucapkan atau pembicaraannya. Method adalah alat yang digunakan dalam membangun wirausaha dengan berpeluang mendapatkan profit sekaligus memiliki sedikit peluang untuk bangkrut.
Menurut Neal Thornberry Pola Pikir Wirausaha melibatkan 10 kualitas (dalam Hery Wibowo.2011:5)
1.Memiliki Locus Of Control
Menggambarkan bagaimana seseorang berpikir tentang kendali hidupnya.  Seseorang yang berpikir bahwa ada kendali eksternal, mereka merasa bahwa factor-faktor dirinya, lingkungan sosial dan fisik misalnya.  Sehingga dia punya sedikit kendali atas dirinya.
2. memiliki toleransi untuk ambiguitas
Yaitu, orang yang berani tampil berbeda. Mereka berkeyakinan, menurut orang lain impossible tapi bagi seorang wirausaha semuanya possible.  Contoh: penciptaan robot, robot tidak bisa melakukan apa yang dilakukan manusia, namun pada kenyataan robot dizaman sekarang bisa melakukan aktivitas yang sama dengan aktivitas manusia.
3.Kesedian untuk mengaji  orang yang lebih cerdas darinya
Wirausaha, sadar dan kenal akan kelebihan dan kekurangan akan dirinya.  Sehingga untuk melengkai kekurangannya, dia membutuhkan orang yang ahli dalam menutup kekurangannya.  Misalnya: mahasiswa kesejahteraan sosial melaksanakan program HGTC (Hima Goes To Country) dalam assessment ternyata desa yang diasessment mengalami permasalahan dalam bidang pertanian.  Maka Mahasiswa Kesejahteraan sosial yang sejatinya akan menjadi ahli pekerja sosial mengajak kerja sama dengan mahasiswa pertanian, untuk mengisi 1 sesi dalam acara HGTC demi kelancaran jalannya program HGTCnya.
4. Konsistensi untuk selalu beraktivitas, membangun dan mengubah berbagai hal.
Seorang wirausahan harus selalu kreatif dalam mengelola dan mengembangkan usahanya.  Hal ini berfungsi sebagai salah satu bentuk pertahanan langganan atau konsumen agar tetap bertahan dengan usaha yang kita sajikan.  Hal ini salah satu penyebab bangkrutnya sebuah usaha.  Akan tetapi bagi seorang wirausaha yang kreatif, maka hal ini menjadi peluang untuk terus bertahan, dalam persaingannya dengan para wirausaha lainnya.
5. Dorongan yang kuat untuk peluang dan kesempatan
Seorang wirausaha mapu menangkap peluang dan kesempatan.  Punya mata yang jeli, disaat orang lain belum melihat kesempatan dan peluang tersebut, namun dia sudah punya peluang dan kesempatan tersebut.
6. Rasa urgenitas yang tinggi
Yaitu, selalu diadakannya inovasi-inovasi.  Agar tidak kehilangan kepercayaan dari konsumennya.
7. perseverance
Bagi wirausaha yang sejati, ketika mereka memiliki sebuah ide, maka ide-ide tersebut dikembang dan terus dikelola dilakukannya maintenance( pemiliharaan) terhadap ide-ide tersebut.  Kemudian terus diaplikasikan.  Karena ketika ide itu ada namun tidak direalisasikan maka hal ini tidak akan berdampak apa-apa. Seperti ide koperasi untuk Indonesia keluar dari masalah sosial.  jika ide ini hanya saran belaka tanpa ada siapa pun yang merealisasikannya.  Maka cita-cita mewujudkan Indonesia keluar dari masalah sosial hanya harapan belaka.
8. Resilience (ketahanan)
Disinilah masa pengujian, ketika dating badai memporak-porandakan bangunan tempatnya beridiri akankah, bangunan itu bisa ada kembali, itu tergantung bagaimana seseorang berusaha membangun kekuatannya kembali.  Seperti itulah ketahanannya seorang wirausaha, jika dia mampu untuk bertahan, dia akan membangun kembali bangunannya. 
9. Optimis
Bagi seorang usaha perlu sekali untuk memiliki jiwa dan pemikiran yang optimis.  Mereka yakin akan apa yang dilakukannya.
10. Rasa Humor tentang diri sendiri
Dia mampu menguji dan mengkritik diri sendiri yang kemudian ini menjadi semangat dia dalam berkreativitas.
#Karakter Wirausaha menurut Schumpeter (dalam Hery Wibowo. 2011:17)
1.      Dinamis                                   4. Active, enegic
2.      Breaks out of equilibrium       5. Leader
3.      Does what is new                    6. Put together new combination
Wirausaha merujuk pada sifat,watak dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemampuan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh. (Peter F. Drucker: dalam Hery Wibowo.2011:24)   seorang wirausaha berpikir ketika persiapan bertemu dengan kesempatan disitulah keberuntungan akan datang.
#Peran Penting Entrepreneurship
Pentingya peran entrepreneurship ditandai dengan adanya perkembangan teknologi pada saat ini, Handphone misalnya, diciptakan oleh para entrepreneurship yang selalu melakukan inovasi-inovasi untuk membantu atau mempermudah aktivitas manusia sehari-hari dalam menjalin hubungan dalam jarak.  Sehingga pada saat ini HP menjadi bagian dari kebutuhan primer dalam kehidupan manusia.  Tidak terbayangkan, jika masih seperti dulu hanya menggunakan telegram, tentu manusia tidak selancar saat sudah ada hp melakukan aktivitasnya.
#Jenis Wirausaha
a.      Business Entrepreneur
b.      Government Entrepreneur
c.       Social Entrepreneur
d.      Academic Entrepreneur
Walaupun banyak jenis wirausaha, namun dalam tulisan ini, kita akan memperkuat kajian dalam social entrepreneur.
#Social Entrepreneur/ Social Entreprise
Gerakan kewirausahaan sosial adalah sebuah proses yang dilakukan oleh warga negara dengan membangun atau mentransformasi institusi untuk meningkatkan solusi pada permasalahan sosial, seperti kemiskinan, penyakit, kesulitan baca tulis, kerusakan lingkungan, pelanggaran hak asasi dan korupsi, dalam rangka membangun kehidupan yang lebih baik bagi semua (Bornstein & Susan, 2010). Atau oleh ahli lain, dikatakan bahwa kewirausahaan sosial adalah sebuah proses yang melibatkan aplikasi inovatif dan kombinasi sumber-sumber untuk memperbesar kesempatan dalam rangka mengkatalisasi perubahan sosial dan atau menyelesaikan masalah sosial (Mair & Marty, 2006p37 dalam London, 2010:8).
Gerakan ini sudah lebih mandiri, dengan keyakinan bahwa usaha dengan tujuan manfaat sosial dapat digabung dengan pemanfaatan pasar dalam kerangka bisnis. Artinya, aktivitas bisnis dilakukan untuk menunjang aktivitas yang bertujuan sosial. Inilah menurut penulis, salah satu harapan akan terselesaikannya berbagai masalah sosial yang belum tersentuh pemerintah dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat yang belum dapat diejawantahkan oleh pemegang kekuasaan.
Gerakan kewirausahaan sosial bisa dilakukan dengan 2 cara; yaitu apakah dilakukan dengan langkah non profit kemudian menuju profit atau profit kemudian menyalurkan untuk kebermanfaatan sosial.  sehingga tidak tertutup kemungkinan bahwa semua orang bisa melakukan gerakan ini.  Karena yang menjadi akar dari gerakan ini adalah semangat dan ambisiutas untuk memberikan manfaat secara sosial.  Karena diharapkan dari gerakan kewirausahaan sosial ini, akan membantu setidaknya ketika kita berbicara masalah ekonomi di Indonesia.  Mungkin saat ini, gerakan ini belum terlalu familiar dikalangan manusia Indonesia tapi saya yakin, tidak lama lagi sekitar lebih kurang 5 tahun gerakan ini akan exis.  Mengalahkan jenis wirausaha lainnya.  Seperti yang dijelaskan dalam beberapa teori sosiologi, teori siklus.  Jika kita lihat kembali, sebenarnya mungkin gerakan-gerakan ini sudah terjadi jauh sebelum peradaban manusia saat ini, karena seperti yang terjelaskan dalam kitab suci Al-quran, bahwa manusia yang mulia itu adalah manusia yang memberikan manfaat bagi manusia lainnya.
Kehidupan kita saat ini, memerlukan orang-orang yang tulus dan bersungguh-sungguh dalam membantu pemerintah menangani masalah sosial yang terkadang sifatnya membudaya dikalangan manusia Indonesia.  Perlu kiranya kita sebagai pekerja sosial sebagai profesi yang memberdayakan manusia (empowerment) untuk mengembangkan dan mensosialisasikan gerakan kewirausahaan sosial ini kepada masyarakat luas, untuk salah satu bentuk upaya pengembalian fungsi individu atau masyarakat, hingga masyarakat Indonesia dapat berdaya dengan potensi-potensi yang mereka miliki. Karena sebenarnya jika dikaji lagi bahwa manusia punya potensi unlimited atas, artinya manusia mempunyai potensi-potensi yang luar biasa untuk merubah dan membentuk kehidupannya sendiri. Namun, kadang kala manusia sering kebingungan dalam hal itu, nah inilah dia gerakan kewirausahaan sosial didasari oleh misi sosial, berusaha untuk memberdayakan manusia untuk mencapai pemanfaatan potensi yang mereka miliki.

Sumber Tulisan:
Hery Wibowo. 2011. Kewirausahaan Suatu Pengantar. Widya Padjajaran: Bandung
Hery Wibowo. Minggu 8 Desember 2013. New Hope Social Entrepreneurship dalam http://innovation-thinking.blogspot.com/search?updated-max=2013-12-05T16:44:00-08:00&max-results=5 (diakses pada 12 Desember 2013)